Jumat, 28 Januari 2011

CONTOH Karya Tulis Ilmiah

GAMBARAN HASIL SKRINING HEPATITIS
 DI RUANG UNIT TRANSFUSI DARAH
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MANOKWARI
JUNI 2009 – JUNI 2010

KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
 Gelar Ahli Madya Keperawatan ( AMK )



Oleh :
JEFRY FRANKY RUMERE
NIM : PO.71.21.1.3.07.43


KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN JAYAPURA
PRODI D-III KEPERAWATAN MANOKWARI
2010


ABSTRAK
Latar belakang. Penyakit  hepatitis merupakan penyakit yang menyerang organ hati, atau dalam masyarakat  kita sering kenal dengan istilah penyakit kuning. Menurut  data WHO tahun 2001 terdapat 7 jenis hepatitis  yaitu Hepatitis A, B, C, D, E, F, G.  dari antara 7 jenis  hepatitis tersebur hepatitis C    ( HCV ) merupakan salah satu penyebab infeksi hati yang kronis  dan berahkir dengan serosis, kanker hati, bahkan meninggal. Kejadian hepatitis di dunia semakin meningkat diperkirakan 500 juta jiwa terinfeksi hepatitis dan 1,5 juta orang meninggal pertahunnya. Di Indonesia yang tersering dan memiliki jumlah yang sangat besar adalah hepatitis A, B, C, ( HAV, HBV, HCV ). Di Papua Barat tahun 2009 hepatitis menempati urutan ke 4 dengan 1120 kasus. Hasil pengumpulan data awal dari bulan Juli 2009 s/d Desember 2009 di Ruang Unit Trasfusi Darah Rumah Sakit Umum Daerah  Manokwari  Provinsi Papua Barat. Maka gambaran skrining  hepatitis sebanyak 52  kasus.
Tujuan penelitian. Untuk memperoleh gambaran hasil skrining hepatitis di Ruang Unit Transfusi Darah RSUD Manokwari berdasarkan klasifikasi hepatitis, jenis kelamin,dan umur.
Metodologi penelitian. Desain penelitian ini menggunakan  pendekatan deskritif, popolasi dan sampel dalam penelitian ini adalah semua pendonor yang positif terinfeksi hepatitis dan terdaftar pada buku register terhitung 1 tahun terakir bulan Juni 2009 sampai  Juni 2010  di Ruang Unit Transfusi Darah RSUD Manokwari. Penelitian ini dilakukan tanggal  2 – 7 Agustus 2010 di Ruang Unit Transfusi Darah RSUD Manokwari, data di ambil dari buku register, instrument penelitian menggunakan lembar observasi. Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode univariat yang di tampilkan berupa tabel distribusi frekuensi.
Hasil penelitian. Berdasarkan ketiga klasifikasi yang paling banyak adalah hepatitis C ( HCV )       48,4 %, jenis kelamin didapatkan lebih banyak laki – laki 82,8 %, umur didapatkan yang paling banyak adalah umur 26 – 35 tahun  48,3 %, dan golongan usia didapatkan yang paling banyak adalah golongan usia produktif   ( 12 – 45 ) tahun 93,3 %.
Kesimpulan. Jumlah kasus hepatitis selama 1 tahun terahkir terhitung bulan Juni 2009  sampai Juni 2010 adalah 151 kasus, hepatitis tersering berdasarkan klasifikasi adalah Hepatitis C 48,4 %, Berdasarkan  jenis kelamin, kasus hepatitis sering terjadi pada jenis kelamin laki – laki 82,8 %, berdasarkan umur dan golongan usia , kasus hepatitis sering terjadi pada golongan umur 26 – 35 tahun 48,3 %, dan pada usia produktif ( 12 – 45 tahun ) 93,3 %.


Kata kunci : Hepatitis, klasifikasi hepatitis, jenis kelamin, umur.







   BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar belakang
        Penyakit  hepatitis merupakan penyakit yang menyerang organ hati, atau dalam masyarakat  kita sering kenal dengan istilah penyakit kuning, Penyakit hepatitis  atau radang pada hati ini memiliki jenis yang bermacam – macam  berdasarkan penyebabnya hepatitis yang disebabkan karena virus dan non virus  itu berarti bahwa penyakit hepatitis atau radang pada hati ini  jangan dianggap sebagai sesuatu yang  tidak mengancam tapi hal tersebut menjadi suatu masalah  khususnya bidang kesehatan (www. liverdoctor.com 2009 ). Menurut  World Health Organization ( WHO ) dewasa ini angka kejadian hepatitis di dunia semakin meningkat setiap tahun  dan menginfeksi sepertiga penduduk dunia, di perkirakan  500 juta jiwa yang terinfeksi penyakit hepatitis dan 1,5 juta orang di dunia meninggal pertahunnya di sebabkan oleh penyakit hepatitis, ini merupakan angka kematian yang cukup besar di dunia (www.who.int/wer. Dari hasil terjemahan ).
         Data WHO tahun 2001 terdapat 7 jenis hepatitis  yaitu Hepatitis A, B, C, D, E, F, G.  dari antara 7 jenis  hepatitis tersebur hepatitis C ( HCV ) merupakan salah satu penyebab infeksi hati yang kronis  dan berahkir dengan serosis, kanker hati, bahkan meninggal, di perkirakan virus hepatitis C telah menyerang 170 juta jiwa  di seruh dunia  sedangkan virus hepatitis A ( HAV ) di perkirakan menginfeksi 1,4 juta jiwa di dunia pertahun. Virus hepatitis B        ( HBV ) diperkirakan menyerang 350 juta orang di dunia  dan menyebabkan 1,2 juta orang meninggal pertahunnya. Dari jumlah 15 -25 % kronis karena komplikasi serosis hati  dan kanker hati, sedangkan virus hepatitis D ( HDV ) adalah replikasi dari virus hepatitis B ( HBV ) prevalensinya adalah 20 % di dunia. Hepatitis E merupakan satu tipe endemic non A non B kasus ini di perkirakan sebesar 25 % sedangkan Virus Hepatitis G ( HGV ) jumlah kasus ini di perkirakan 85 % gabungan antara HGV, HBV dan HCV. Diperkirakan  50 – 85 % pasien adalah dengan HIV di sertai dengan  infeksi virus hepatitis B, C, D  di sebabkan oleh hubungan sex, jarum suntik, transfusi darah.
         Angka kejadian  kasus hepatitis di Indonesia dari tahun ke tahun makin meningkat yang tersering dan memiliki jumlah yang sangat besar adalah hepatitis A, B, C, ( HAV, HBV, HCV ). Prefalensi di Indonesia pada tahun 2000 sekitar 5 – 10 % dari jumlah penduduk atau 11 juta orang Indonesia terserang penyakit  hepatitis ( Ali Sulaiman, 2004 ).
         Menurut data Dinas Kesehatan Provinsi Papua Barat Bagian Pemberantasan Penyakit Menular ( P2M ) tahun 2009 dari 10 besar penyakit,  hepatitis menempati urutan ke 4 dengan 1120 kasus. Hasil pengumpulan data awal dari bulan Juli 2009 s/d Desember 2009 di Ruang Unit Trasfusi Darah Rumah Sakit Umum Daerah  Manokwari  Provinsi Papua Barat. Maka gambaran skrining  hepatitis sebanyak 52  kasus, dapat di lihat pada tabel 1.1
 Tabel 1.1
Hasil Skirining  Hepatitis di Ruang Unit Transfusi Darah
di RSUD Manokwari 
Bulan July 2009 s/d Desember  2009


NO
Bulan
HBV
HCV
HBV+ HCV
1
2
3
4
5
6

July 2009
Agustus  2009
September 2009
Oktober  2009
November 2009
Desember 2009
5 kasus
2 kasus
6 kasus
4 kasus
5 kasus
3 kasus
3 kasus
6 kasus
1 kasus
1 kasus
4 kasus
10 kasus
1 kasus
1 kasus
1 kasus
-
-
-


 JUMLAH
25 kasus
24 kasus
3 kasus
                  Sumber : Buku Registrasi Pendonor  Unit Transfusi darah RSUD Manokwari

          Berdasarkan data di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana Gambaran Skrining Hepatitis di Ruang Unit Tranfusi Darah RSUD Manokwari.
B.       Rumusan Masalah
         Rumusan masalah yang diambil peneliti  berdasarkan latar belakang  di atas  :   “Bagaimana  Gambaran  Skrining  Hepatitis  di ruang Unit Transfusi Darah Rumah Sakit Umum  Daerah manokwari ? ”.
C.      Tujuan Penelitian
1.      Tujuan Umum
       Untuk mengetahui gambaran hasil skrining hepatitis di Ruang Unit Trasfusi Darah Rumah Sakit Umum Daerah Manokwari Papua Barat.
2.         Tujuan Khusus
       Untuk mengetahui gambaran hasil  skrining hepatitis di ruang Unit Transfusi Darah, berdasarkan :
a.    Jenis Kelamin
b.    Umur
c.    Klasifikasi Hepatitis
D.      Manfaat Penelitian
1.         Manfaat Bagi Peneliti
a.    Agar dapat menambah pengetahuan  dan pengalaman bagi peneliti dalam melakukan penelitian khususnya pada kasus hepatitis.
b.    Menambah wawasan peneliti tentang reagen dan cara pemeriksaan hepatitis.
2.         Manfaat Bagi Sarana Pelayanan Kesehatan
       Sebagai bahan masukan bagi SRUD Manokwari, tentang hasil skrining penyakit hepatitis di unit transfusi darah.
3.         Manfaat Bagi Intitusi Pendidikan
a.    Agar dapat menjadi referensi perpustakaan kampus bagi mahasiswa Program Studi D- III Keperawatan Manokwari.
b.    Dapat digunakan sebagai bahan referensi dalam proses perkuliahan pada Program Studi D-III Keperawatan Manokwari.
c.    Sebagai bahan masukan untuk  penelitian lebih lanjut.
4.         Manfaat Bagi Masyarakat
a.    Sebagai wacana informasi bagi masyarakat yang melakukan trasfusi darah di Unit Transfusi Darah. RSUD Manokwari.
b.    Agar mendapat pengobatan awal bagi pendonor yang positif terinfeksi hepatitis
c.    Agar dapat memberi pengertian kepada masyarakat tentang  cara penularan hepatitis.
d.   Agar masyarakat mengetahui tentang penyakit hepatitis serta gejala awal dari penyakit hepatitis.

BAB II
TINJAUAN TOERI
A.      Teori dan Konsep Hepatitis
1.    Pengertian Hepatitis
       Hepatitis adalah peradangan organ hati (liver) yang disebabkan oleh berbagai faktor antara lain adalah infeksi virus, gangguan metabolisme, konsumsi alkohol, penyakit autoimun, hasil komplikasi dari penyakit lain, efek samping dari konsumsi obat–obatan maupun kehadiran parasit dalam organ hati                           ( www. hepatitis.com ).
        Hepatitis is an inflammation of the liver, most commonly caused by a viral infection. There are seven main hepatitis viruses, referred to as types A, B, C, D, E.F and G  ( www.who.com ).
Hepatitis adalah suatu keadaan peradangan jaringan hati, yang dapat disebabkan oleh infeksi atau non infeksi  (  www. wekipedia.com ).
Hepatitis adalah peradangan pada organ hati, istilah hepatitis dipakai untuk semua jenis peradangan pada organ hati / liver  ( www.infeksi.com ).
Hepatitis adalah suatu peradangan pada hati yang terjadi karena toxin, seperti kimia atau agen penyebab infeksi ( Haryanto,S.kep.Ns, 2006 ).
2.    Etiologi
Dikenal ada 5 kelompok etiologi hepatitis
a.       Hepatitis akibat infeksi virus
  Sebagian besar kasus hepatitis disebabkan oleh bermacam-macam virus hepatitis. Nama-nama virus penyebab hepatitis yang saat ini telah dikenali adalah virus hepatitis A atau VHA, virus hepatitis B atau VHB, virus hepatitis C atau VHC, virus hepatitis D atau VHD, virus hepatitis E atau VHE, virus hepatitis F atau VHF dan virus hepatitis G atau VHG. Sedangkan penyakit hepatitis yang ditimbulkannya disebut sesuai dengan nama virusnya. Di antara ketujuh jenis hepatitis tersebut, hepatitis A, B dan C merupakan jenis hepatitis terbanyak yang sering dijumpai ( www. wedipedia.com).
b.     Hepatitis akibat komplikasi penyakit lain
       Beberapa penyakit ataupun gangguan metabolisme tubuh dapat menyebabkan komplikasi pada hati. Diabetes mellitus, hiperlipidemia (berlebihannya kadar lemak dalam darah) dan obesitas sering menyebabkan penyakit hati. Ketiga kelainan tersebut membebani kerja hati dalam proses metabolisme lemak. Akibat yang biasa timbul adalah kebocoran sel-sel hati yang berlanjut menjadi kerusakan dan peradangan sel hati yang biasa disebut steatohepatitis ( www. wedipedia.com).
c.         Hepatitis akibat konsumsi alkohol
        Alkohol sangat dapat menyebabkan kerusakan sel-sel hati karena di dalam tubuh, alkohol akan terpecah-pecah menjadi zat-zat kimia lain. Sejumlah zat kimia tersebut bersifat racun yang menyebabkan kerusakan sel-sel hati.
d.      Hepatitis akibat konsumsi obat atau zat kimia
Zat kimia dari obat dapat menimbulkan masalah yang sama dengan reaksi akibat infeksi virus hepatitis. Gejala dapat terdeteksi dalam waktu 2 hingga 6 minggu setelah pemberian obat.  Pada sebagian besar kasus, gejala hepatitis menghilang setelah pemberian obat tersebut dihentikan. Namun beberapa kasus dapat berkembang menjadi masalah hati serius jika kerusakan hati sudah terlanjur parah.
Obat-obatan yang cenderung berinteraksi dengan sel-sel hati antara lain  isoniasid (antibiotik untuk TBC), metildopa (obat anti hipertensi), fenitoin dan asam valproat (obat anti epilepsi) dan parasetamol (pereda demam). Jika dikonsumsi sesuai dosis yang dianjurkan, parasetamol merupakan obat yang aman. Namun jika dikonsumsi secara berlebihan parasetamol dapat menyebabkan kerusakan hati yang cukup parah bahkan kematian. Selain obat-obatan ada beberapa jenis polutan yang dapat merusak sel-sel hati yaitu alfatoksin, arsen, karbon tetraklorida, tembaga dan vinil klorida ( www. wedipedia.com).
e.       Hepatitis akibat penyakit autoimun
 Hepatitis autoimun terjadi karena adanya gangguan pada sistem kekebalan yang biasanya merupakan kelainan genetik. Sistem kekebalan tubuh justru menyerang sel atau jaringan hati. Selain merupakan kelainan genetik, gangguan ini dapat pula dicetuskan oleh virus ataupun zat kimia tertentu 
3.    Anatomi dan Histologi Hati
Hati merupakan kelenjar yang terbesar dalam tubuh manusia. Hepar pada manusia terletak pada bagian atas cavum abdominis, di bawah diafragma, di kedua sisi kuadran atas, yang sebagian besar terdapat pada sebelah kanan. Beratnya     1200 – 1600 gram. Permukaan atas terletak bersentuhan di bawah diafragma, permukaan bawah terletak bersentuhan di atas organ-organ abdomen. Hepar difiksasi secara erat oleh tekanan intra abdominal dan dibungkus oleh peritoneum kecuali di daerah posterior-superior yang berdekatan dengan vena cava inferior dan mengadakan kontak langsung dengan diafragma. Bagian yang tidak diliputi oleh peritoneum disebut bare area. Terdapat refleksi peritoneum dari dinding abdomen anterior, diafragma dan organ-organ abdomen ke hati berupa ligamen                     ( www.stikescharitas.com ).
Macam-macam ligamennya:
a.       Ligamentum falciformis : Menghubungkan hepar ke dinding intra abdominal dan terletak di antara umbilicus dan diafragma.
b.      Ligamentum teres hepatis = round ligament : Merupakan bagian bawah ligament falciformis ; merupakan sisa-sisa peninggalan vena umbilicalis yang telah menetap.
c.       Ligamentum gastrohepatica dan ligamentum hepatoduodenalis : Merupakan bagian dari omentum minus yg terbentang dari curvatura minor lambung dan duodenum sebelah proximal ke hepar. Di dalam ligamentum ini terdapat arteri hepatica, Vena porta dan ductus choledocus communis. Ligamen hepatoduodenale turut membentuk tepi anterior dari Foramen Wislow.
d.      Ligamentum Coronaria Anterior kiri kanan dan Ligament coronaria posterior kiri kanan :Merupakan refleksi peritoneum terbentang dari diafragma ke hepar.
e.       Ligamentum triangularis kiri kanan : Merupakan fusi dari ligamentum coronaria anterior dan posterior dan tepi lateral kiri kanan dari hepar                                ( www.stikescharitas.com ).
Secara anatomis, organ hepar tereletak di hipochondrium kanan dan epigastrium, dan melebar ke hipokondrium kiri. Hepar dikelilingi oleh cavum toraks dan bahkan pada orang normal tidak dapat dipalpasi (bila teraba berarti ada pembesaran hepar). Permukaan lobus kanan dpt mencapai sela iga 4/ 5 tepat di bawah aerola mammae. Lig falciformis membagi hepar secara topografis bukan secara anatomis yaitu lobus kanan yang besar dan lobus kiri                                     ( www.stikescharitas.com ).
4.    Fisiologis Hati
Hati mempunyai fungsi yang sangat banyak dan kompleks. Hati penting untuk mempertahankan hidup dan berperan hampir setiap fungsi metabolisme tubuh. Untung hati mempunyai kapasitas cadangan yang besar dan cukup memerlukan  10-20 % fungsi jaringan untuk mempertahankan hidup. Kerusakan total atau pembuangan hati mengakibatkan kematian dalam 10 jam. Hati mempunyai kemampuan regenerasi yang mengagumkan. Pembuangan hati sebagian, pada kebanyakan kasus sel hati yang mati atau sakit akan diganti dengan jaringan hati yang baru.
Fungsi hati di bagi atas 4 macam :
a.         Fungsi pembentukan dan ekskresi empedu
Hal ini merupakan fungsi utama hati.  Saluran empedu mengalirkan, kandungan empedu menyimpan dan mengeluarkan empedu kedalam usus halus sesuai yang di butuhkan. Hati mengekskresikan sekitar 1 liter empedu setiap hari. Unsur  utama adalah air ( 97 % ), elektrolit, garam empedu fosfolipid, kolesterol, dan pigmen empedu  ( terutama bilirubin terkonjungasi) garam empedu penting untuk pencernaan dan absorpsi lemak dalam usus halus. Oleh bakteri usus halus sebagian besar garam empedu di reapsorpsi dalam ileum, mengalami resirkulasi ke hati, kemudian mengalami rekonjugasi dan resekresi. Walaupun bilirubin ( pigmen empedu ) merupakan hasil ahkir metabolisme dan secara fisiologis tidak mempunyai peran aktif, bilirubin penting sebagai indikator penyakit hati dan saluran empedu, karena bilirubin cenderung mewarnai jaringan dan cairan yang berhubungan dengannya di samping itu kedalam empedu juga diekskresikan zat – zat yang berasal dari luar tubuh, misalnya logam berat, beberapa macam zat warna  dan sebagainya.
b.        Fungsi Metabolik
Hati memegang peranan penting pada metabolisme karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan juga memproduksi energi dan tenaga. Zat tersebut di atas di kirim melalui vena porta setelah di absorpsi oleh usus. Monosakarida di usus di ubah menjadi glikogen dan di simpan di dalam hati ( glikogenesis ), dari depot glikogen ini di suplai glukosa secara konstan ke darah untuk memenuhi kebutuhan tubuh sebagian glukosa di metabolisme di dalam jaringan untuk menghasilkan panas atau tenaga ( energi ) dan sisanya di ubah menjadi glikogen, di simpan dalam otot atau lemak yang disimpan dalam jaringan subkutan. Hati juga mampu mensistesis glukosa  dari protein dan lemak  ( glukoneogenesis ). Peran hati metabolisme protein penting untuk hidup, protein plasma, kecuali globulin gama di sintesis oleh hati. Protein ini adalah albumin yang di perlukan untuk mempertahankan tekanan osmotik koloid, protombin fibrinogen dan factor – factor pembekuan yang lain. Selain itu,sebagian besar asam amino mengalami degradasi dalam hati.
Fungsi metabolisme yang lain adalah :
1)        Oksidasi beta asam lemak dan pembentukan asam asetoasetat yang sangat tinggi
2)        Pembentukan lipoprotein
3)        Pembentukan kolesterol dan fosfolipid dalam jumlah yang sangat besar
4)        Perubahan karbohidrat dan protein menjadi lemak dalam jumlah yang sangat besar.
c.         Fungsi Pertahanan Tubuh
Fungsi pertahan tubuh hati terdiri dari fungsi detoksifikasi dan fungsi perlindungan.
1)        Fungsi detoksifikasi
sangat penting dan dilakukan oleh enzim – enzim hati yang melakukan oksidasi, reduksi, hidrolisis atau konjugasi zat yang kemungkinan membahayakan, dan mengubahnya menjadi zat yang secara fisiologis tidak aktif .
2)        Fungsi perlindungan
Sel kupffer yang terdapat pada dinding sinusoid hati, sebagai sel endotel yang mempunyai fungsi sebagai system endothelial, berkemampuan fagositosis yang sangat besar sehingga dapat membersikan sampai 99% kuman yang ada dalam vena porta sebelum darah menyebar melewati seluruh sinusoid.  Sel kupffer juga mengadakan fagositosis pigmen–pigmen,sisa–sisa jaringan dan lain – lain. sel kupffer juga menghasilkan immunoglobulin  yang merupakan alat penting dalam penyelenggaraan kekebalan humoral. Juga menghasilkan berbagai macam antibodi  yang timbul pada berbagai kelainan hati tertentu, anti mitochondrial antibody  ( AMA ), smooth muscle antibody  ( SMA ), dan anti nuclear antibody ( ANA ).
d.        Fungsi Vaskular Hati
Setiap menit mengalir 1200 cc darah portal ke dalam hati melalui sinusoid hati, seterusnya darah mengalir ke vena sentralis dan dari sini menuju ke vena hepatika untuk selanjutnya masuk ke dalam vena inferior. Selain itu dari arteria hepatika mengalir masuk kira – kira 350 cc tiap menit. Hati sebagai ruang penampung dan bekerja sebagai filter, karena letaknya antara usus dan sirkulasi umum. Pada payah jantung misalnya, hati mengalami bendungan pasif oleh darah yang banyak jumlahnya.
5.    Klasifikasi Hepatitis
a.         Hepatitis Viral Akut
            Hepatitis viral memberi suatu spektum  tanda – tanda klinis  dan manisfestasi laboratorium yang luas. Ini dapat berkisar, menurut parahnya penyakit, dari penyakit yang tidak jelas  ( inapparen ), infeksi yang asimtomatik, sampai penyakit yang fulminan. Yang dapat menyebabkan kematian dalam beberapa hari saja.  Kebanyakan pasien hepatitis viral menunjukan  pola penyakit yang khas. pola penyakit yang tidak khas ( atypical pattern )  ditemukan pada sebagian yang kecil saja  ( Hendra Raharja, 2003 ).
Hepatitis viral akut yang khas
  Hepatitis viral  akut yang sesuai dengan parahnya infeksi dapat di bagi atas  : penyakit yang tidak jelas ( innaparent ), anikterik, dan hepatitis yang ikterik                 ( Hendra Raharja, 2003 ).
Hepatitis yang tidak khas  ( Asimtomatik )
         Istilah hepatitis yang tidak khas tersebut menunjukan pada suatu infeksi yang tidak menimbulkan gejala. Ini hanya dapat di kenal melalui satu atau lebih abnormalitas biokimiawi, atau konfirmasi serologis hati pada saat pasien infeksi akut sedang diperiksa utuk menyingkap diagnosis infeksi ( Hendra Raharja, 2003).
Hepatitis viral akut yang simtomatik
        Bentuk klinik ini  dapat berupa naikterik atau ikterik, yang terakir ini dibatasi pada pasien yang secara klinis dapat dideteksi ikterus  ( Hendra Raharja, 2003 ).
Hepatitis viral anikterik
        Gejala hepatitis  viral anikterik, pada dasarnya sama dengan gejala hepatitis yang ikterik. Gejala dan perjalanannya secara kualitatif sama, tetapi perjalan lebih singkat dalam banyak kasus.
Hepatitis viral ikterik
        Kebanyakan pasien hepatitis viral ikterik mempunyai gejala. Tingginya hiperbilirubinemia yang dapat menunjukan ikterus secara klinis bervariasi dengan kewaspadaan si pemeriksa, keadaan pemeriksa dan pigmentasi natural penderita. Pada umumnya ikterus pada konjungtiva  baru dapat terdeteksi pada konsentrasi bilirubin dalam serum  ( Hendra Raharja, 2003 ).
b.        Hepatitis virus kronik
       Hepatitis kronik adalah suatu  sindrom patologis yang di sebabkan oleh berbagai macam etiologi, ditandai oleh berbagai tingkat peradangan dan nekrosis pada hati yang berlangsung terus menerus tampa penyembuhan dalam waktu paling sedikit 6 bulan  ( S.A. Abdulrahman, 2003 ).
       Serosis hati merupakan stadium ahkir dari hepatitis kronik dan irifersibel yang ditandai oleh fibrosis yang luas dan menyeluruh pada jaringan hati disertai dengan pembentukan nodulus sehingga gambaran arsitektur  jaringan hati yang normal sukar di kenal lagi ( S.A. Abdulrahman, 2003 ).
Jenis hepatitis kronik
         Pada klasifikasi klasik yaitu klasifikasi secara histopatologis dikenal tiga golongan besar hepatitis kronik yaitu :
1)        Hepatitis kronik persisten
Ditandai dengan  sebutan sel – sel radang bulat didaerah portal. Arsitektur lobular tetap normal, tidak ada  atau hanya sedikit fibrosis.
2)        Hepatitis  kronik lobular
Sering pula disebut hepatitis akut berkpanjangan karena perjalanan penyakit lebih dari 3 bulan.  Pada tipe ini ditemukan adanya peradangan dan nekrosis di dalam lobus hati.
3)        Hepatitis kronik aktif
Ditandai oleh adanya sebukan sel – sel radang bulat terutama limfosit  dan sel plasma  didaerah portal yang menyebar  dan mengadakan infiltrasi ke dalam lobus hati.
6.    Jenis - jenis hepatitis virus
Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan inflamasi pada sel – sel hati yang menghasilkan kumpulan perubahan klinis, biokimia serta seluler yang khas  ( Suddarth dan Brunner, 1998 ).
a.        Hepatitis A ( VHA )
Hepatitis A yang dahulu dinamakan hepatitis infeksiosa disebabkan oleh virus RNA dari family enterovirus  ( Suddarth dan Brunner, 1998 ). virus intestine berukuran kecil mengandung RNA, termasuk virus picorna yang penyebarannya melalui fekal-oral. Sel hati merupakan tempat replikasi virus ini. Penyebaran progeni virus agaknya masuk kedalam empedu  yang dapat menerangkan VHA ditemukan di dalam tinja ( Pringgoutomo Sudarto dkk, 2002 ). Hepatitis A ditemukan didalam tinja pasien  yang terinfeksi sebelum gejalanya muncul dan selama beberapa hari pertama menderita sakit secara khas                                         ( Suddarth dan Brunner, 1998 ). Virus ini di keluarkan oleh tinja pada 2 – 3 minggu sebelum dan 8 hari setelah timbulnya ikterus ( Arief Mansjoer dkk, 2000 ).   
Manisfetasi klinik hepatitis A
Dibedakan menjadi 4 stadium yaitu :
1)      Masa inkubasi, berlangsung selama 18 – 50 hari, dengan rata – rata 28 hari  ( Arief Mansjoer dkk, 2000 ).
2)      Masa prodomal,  terjadi selama 4 hari – 1 minggu atau lebih, gejalanya adalah, malaise, kurang napsu makan, mual, muntah, rasa tidak nyaman didaerah kanan atas, demam ( biasa < 39 derajat celcius ), merasa dingin, sakit kepala, gejala seperti flu, sakit tenggorakan dan batuk. Gejala yang jarang adalah penurunan berat badan ringan, artralgia atau mononeuritis cranial atau perifer. Tanda yang biasa ditemukan adalah hepatomegali ringan yang nyeri tekan ( 70 % ), manisfestasi ekstra hepatik lainnya pada kulit, sendi, atau splenomegali ( 5 -20 % ) ( Arief Mansjoer dkk, 2000 ).
3)      Fase iktekrik, dimulai dengan urine yang berwarna kuning tua seperti teh, atau gelap, diikuti oleh fase yang warnanya seperti dempul                         ( clay-coloured faeces ), kemudian warna sklera dan kulit perlahan – lahan menjadi kuning. Gejala anoreksia, lesu, lelah, mual dan muntah bertambah berat untuk sementara waktu. Dengan bertambahnya ikterus gejala tersebut berkurang dan timbul pruritus bersamaan dengan timbulnya ikterus atau hanya beberapa hari sesudahnya ( Arief Mansjoer dkk, 2000 ).
4)      Fase penyembuhan, penyakit ini biasanya sembuh sendiri. Ikterus menghilang dan warna fases kembali normal dalam empat minggu setelah onset.  Komplikasi yang sering muncul adalah  hepatitis yang sangat berat atau fulminan (<1%), kolestasis yang memanjang, relaps, dan manisfestasi ekstra hepatik seperti vaskulitis kutaneus dan atritis (Mansjoer dkk, 2000)
Pencegahan Hepatitis A
Pencegahan secara umum meliputi nasehat kepada pasien yaitu :
1)      Perbaikan higine makan-minum
2)      Perbaikan  higine sanitasi lingkungan dan pribadi
3)      Isolasi pasien ( anak dilarang datang kesekolah  atau tempat penitipan anak, sampai 2 minggusesudah timbul gejala ).                                             
Pencegaan secara khusus dengan cara :
1)        Imunisasi pasif dengan immunoglobulin normal manusia atau NHIG         ( Normal Human Immuneglobulin ). Perlindungan dengan cara ini bersifat sementara  ( Arief Mansjoer dkk, 2000 ).
2)        Imunisasi aktif dengan vaksin  HAV yang diinaktivasi. Cara ketiga ini efektif untuk mengeliminasi hepatitis A endemik, karena tidak ada manusia yang menjadi karier kronis ( Arief Mansjoer dkk, 2000 ).
b.         Hepatitis B
         VHB ialah virus DNA yang memiliki sifat hepatotropik, dan sebagai penyebab hepatitis baik akut maupun kronik. Segmen DNA virus sebagian besar dalam bentuk double stranded dan hanya dibeberapa segmen dalam bentuk single stranded. Bagian tengah (core) virus mengandung polymerase DNA , antigen core ( HBcAg ) dan antigen e ( HBeAg )  ( Pringgoutomo Sudarto dkk, 2002 ).
        Bagian tengah virus diselubungi lapisan yang mengandung lipid, protein dan karbohidrat, yang berekspreksi sebagai antigen permukaan sulface antigen              ( HBsAg ). Selubung permukaan virus  diproduksi oleh hepatosit  yang terinfeksi, lepas dari pengaruh bagian tengah (core ) , dan disekresi kedalam darah dalam jumlah yang besar  ( Pringgoutomo Sudarto dkk, 2002 ).
Perjalanan penyakit dan factor resiko hepatitis B
         Hepatitis B berbeda dengan hepatitis A yang terutama ditularkan lewat jalur fekal-oral, hepatitis B ditularkan melalui darah ( jalur perkutan dan permukosaan ). Virus tersebut pernah ditemukan dalam darah, saliva, semen, serta sekret vagina, dan ditularkan lewat  membran  mukosa serta luka pada  kulit.  Hepatitis B memiliki masa inkubasi yang panjang antara 1 – 6 bulan. Virus hepatitis B melakukan replikasi  dalam hati dan tetap berada dalam serum selama periode yang relative lama sehingga memungkinkan penularan virus tersebut                       ( Pringgoutomo Sudarto dkk, 2002 ).
       Individu yang beresiko untuk terkena hepatitis B adalah para dokter bedah, pekerja laboratorium klinik, dokter gigi, perawat, terapi respiratorik. Staf dan pasien dalam unit hemodialisa serta onkologi dan laki – laki biseksual, para pemakai obat – obatan IV juga beresiko tinggi  ( Suddarth dan Brunner, 1998 ).
Manisfestasi Klinis
         Gejala dan tanda – tanda Hepatitis B dapat samar dan bervariasi. Panas dan pada pernapasan jarang dijumpai ; sebagian pasien mengeluh artralgia dan ruam. Pasien hepatitis B dapat mengalami anoreksia, dyspepsia, nyeri abdomen,        pegal –pegal yang menyeluruh, malaise,  gejala ikterus dapat terlihat kadang juga tidak terlihat. Apabila disertai gejala ikterus maka tinja akan terlihat berwarna cerah dan urine akan berwarna gelap  ( Suddarth dan Brunner, 1998 ).
       Dikenal ada 4 bentuk manisfestasi perjalanan klinis terkait dengan infeksi HBV :
1)        Akut, sembuh sendiri
Sebagian besar penderita masuk dikelompok ini, sembuh total dan diikuti oleh kekebalan seumur hidup. Gejala khas hepatitis tidak tampak untuk 2 -3 bulan, namun penderita perlu pengamatan sampai 6 bulan. Keberadaan HBeAg di dalam serum berhubungan dengan banyaknya replikasi virus dan mendukung keadaan pasien berada di tahap  yang sangat infektif. Terbentuknya kompleks imun HBsAg-antiHBs yang beredar di dalam sirkulasi darah dalam tubuh  dapat menimbulkan berbagai penyakit diluar hati, seperti : arthritis, poliarteritis, glumerolusnefritis dan krioglobulinemia 
2)        Hepatitis Fulminant
Jarang terjadi, meskipun lebih banyak dari kejadian  pada hepatitis A. karakteristik hepatitis B menjadi fulminant berupa nekrosis seluas sel hati, gagal hati, dan mortalitas tinggi (Pringgoutomo Sudarto dkk, 2002 ).
3)        Hepatitis Kronik
Sejumlah 5 – 10 % penderita hepatitis B tidak akan mampu memproduksi anti-HBs, sehingga tidak dapat menghilangkan HBsAg didalam darah. Infeksi bertahan, kesembuhan tidak terjadi, dan penyakit berlangsung menjadi kronik. Secara definisi, HBsAg antigenemia yang berlangsung lebih dari 6 bulan dan disertai dengan kelainan fungsi hati merupakan indikasi hepatitis kronis. Perjalanan hepatitis kronis  dapat berlangsung beberapa tahun, yang kemudian akan timbul anti-HBs, dan terjadi kesembuhan pada sejumlah 3 % penderita hepatitis B tidak pernah membentuk anti-HBs, dan perjalanan penyakit progresif dan dapat menuju kekeadaan serosis hati. Seluruh penderita dengan infeksi menetap VHB memproduksi anti-HBc, dan pada hepatitis B kronik ditandai oleh keberadaan anti-HBc dan HBsAg  ( Pringgoutomo Sudarto dkk, 2002 ).
4)        Kronik, Pengidap tampa gejala ( Pringgoutomo Sudarto dkk,2002 ).
Pertimbangan Gerontologi
  Pasien yang berusia lanjut dan terkena infeksi hepatitis B akan beresiko untuk terjadinya nekrosis sel hati yang berat  atau kegagalan hati fulminan khususnya bila pasien tersebut menderita sakit yang lain pasien akan mengalami sakit yang serius dan prognosisnya jelek  (Suddarth dan Brunner, 1998  ).
Pencegahan hepatitis B
Tujuan pencegahan adalah :
1)        Memutuskan rantai penularan
2)        Melindungi individu yang beresiko tinggi melalui imunisasi aktif vaksin hepatitis B,  
3)        Imunisasi pasif bagi individu yang tidak terlindung namun terpajang virus hepatitis B  ( Suddarth dan Brunner, 1998 ).
Pencegahan penularan
Skrining yang kontinyu akan adanya  HBsAg  terhadap donor darah akan mengurangi lebih  lanjut resiko penularan melalui trasfusi darah. Penggunaan spuit, jarum suntik serta lanset sekali pakai praktik –pratik higine perorangan yang baik merupakan landasan bagi  pengendalian infeksi. Dalam ruang laboratorium  harus di jaga kebersiannya dari ceceran darah yang positif terinfeksi, menggunakan sarung tangan bila menangai pasien yang terinfeksi hepatitis B untuk menghindari terjadi kontak langsung dengan cairan tubuh seperti darah, dll  (Suddarth dan Brunner, 1998  ).
Pencegahan dengan  imunisasi aktif : vaksin hepatitis B dan imunisasi pasif : Imun globulin hepatitis B ( HBIG ) (Suddarth dan Brunner, 1998  ) 
c.    Hepatitis  C
Hepatitis C adalah penyakit yang disebabkan oleh virus hepatitis C. Infeksi virus ini dapat menyebabkan peradangan hati (hepatitis) yang biasanya asimtomatik, tetapi hepatitis kronik yang berlanjut dapat menyebabkan sirosis hati dan kanker hati ( www. Wikipedia.com ).
Perbandingan kasus hepatitis virus yang signifikan bukan berupa hepatitis A, hepatitis B ataupun hepatitis D; sebagai akibatnya, kasus-kasus ini diklasifikasikan sebagai hepatitis C yang sebelumnya disebut hepatitis non-A, non-B atau hepatitis NANB ( Suddarth dan Brunner, 1998 ).
 Penyebab dan Perjalanan virus hepatitis C
Virus hepatitis C  disebab oleh virus VHC serupa togavirus atau flavivirus mengadung RNA single strain, penyebab utama hepatitis akut dan kronik               ( Pringgoutomo Sudarto dkk,2002 ).
 Banyak macam dari virus Hepatitis C. Dalam banyak kasus, virus yang masuk ke dalam tubuh, mulai hidup di dalam sel hati, mengganggu aktivitas normal dari sel tersebut, lalu menggunakan genetik dalam sel untuk menduplikasi virus Hepatitis C kemudian menginfeksi sel yang sehat. Penderita Hepatitis C , sangat penting untuk mengkonsumsi makanan sehat dan menghindari alkohol. Alkohol akan memperparah kerusakan hati , baik  dalam pengobatan atau pun tidak  ( www. medicastore.com ).
Salah satu gejala umum dari Hepatitis C adalah kelelahan kronis. Kelelahan juga bisa sebagai efek samping pengobatan Hepatitis C. Rasa lelah akibat Hepatitis C dapat diatasi dengan istirahat cukup dan menjalankan olah raga yang rutin  ( www.medicastore.com ).
Virus Hepatitis C sangat pandai merubah dirinya dengan cepat. Sekarang ini ada sekurang-kurangnya enam tipe utama dari virus Hepatitis C yang sering disebut genotipe dan lebih dari 50 subtipenya. Hal ini merupakan alasan mengapa tubuh tidak dapat melawan virus dengan efektif dan penelitian belum dapat membuat vaksin melawan virus Hepatitis C. Genotipe tidak menentukan seberapa parah dan seberapa cepat perkembangan penyakit Hepatitis C, akan tetapi genotipe tertentu mungkin tidak merespon sebaik yang lain dalam pengobatan ( www.medicastore.com ).
Gejala hepatitis C
Sering kali orang yang menderita Hepatitis C tidak menunjukkan gejala, walaupun infeksi telah terjadi bertahun-tahun lamanya.
Jika gejala-gejala di bawah ini ada yang mungkin samar :
1)        Lelah
2)        Hilang selera makan
3)        Sakit perut
4)        Urin menjadi gelap
5)        Kulit atau mata menjadi kuning (disebut "jaundice") jarang terjadi
Dalam beberapa kasus,Hepatitis C dapat menyebabkan peningkatan enzim tertentu pada hati, yang dapat dideteksi pada tes darah rutin. Walaupun demikian, beberapa penderita Hepatitis C kronis mengalami kadar enzim hati fluktuasi ataupun normal. Meskipun demikian, sangat perlu untuk melakukan tes jika anda pikir anda memiliki resiko terjangkit Hepatitis C atau jika anda pernah berhubungan dengan orang atau benda yang terkontaminasi. Satu-satunya jalan untuk mengidentifikasi penyakit ini adalah dengan tes darah.                                 
Cara penularan hepatitis C
Penularan Hepatitis C biasanya melalui kontak langsung dengan darah atau produknya dan jarum atau alat tajam lainnya yang terkontaminasi. Dalam kegiatan sehari-hari banyak resiko terinfeksi Hepatitis C seperti berdarah karena terpotong atau mimisan, atau darah menstruasi. Perlengkapan pribadi yang terkena kontak oleh penderita dapat menularkan virus Hepatitis C seperti sikat gigi, alat cukur atau alat manicure. Resiko terinfeksi Hepatitis C melalui hubungan seksual lebih tinggi pada orang yang mempunyai lebih dari satu pasangan  ( www.medicastrore.com ).
Penularan Hepatitis C jarang terjadi dari ibu yang terinfeksi Hepatitis C ke bayi yang baru lahir atau anggota keluarga lainnya. Walaupun demikian, jika sang ibu juga penderita HIV positif, resiko menularkan Hepatitis C sangat lebih memungkinkan. Menyusui tidak menularkan Hepatitis C.
Jika anda penderita Hepatitis C, anda tidak dapat menularkan Hepatitis C ke orang lain melalui pelukan, jabat tangan, bersin, batuk, berbagi alat makan dan minum, kontak biasa, atau kontak lainnya yang tidak terpapar oleh darah. Seorang yang terinfeksi Hepatitis C dapat menularkan ke orang lain 2 minggu setelah terinfeksi pada dirinya ( www.medicastrore.com ).
d.   Hepatitis D
 Hepatitis D ( agens atau virus delta ) terdapat beberapa kasus hepatitis B. kerena virus ini memerlukan antigen permukaan hepatitis B untuk replikasinya, maka hanya penderita hepatitis B yang beresiko terkena hepatitis D. antibody anti-delta dengan adanya HBAg pada pemeriksaan laboratorium memastikan diagnosis tersebut. Hepatitis D juga dijumpai di antara pemakai obat – obatan IV, pasien hemodialisis dan penerima transfusi darah dengan donor multiple. Hubungan sexsual dengan penderita hepatitis B dianggap sebagai suatu penularan hepatitis B dan D .
  Masa inkubasi dan gejala hepatitis D
Masa inkubasi hepatitis D bervariasi antara 21 – 140 hari.  Gejala hepatitis D serupa dengan hepatitis B kecuali pasiennya cenderung untuk menderita hepatitis fulminan dan berlanjut menjadi hepatitis aktif yang kronis serta serosis hati  (Suddarth dan Brunner,1998  ).
 Terapi hepatitis D
       Terapi hepatitis D serupa dengan hepatitis lain, meskipun penggunaan interferon yang merupakan obat khusus bagi hepatitis D masih di selidiki              ( Suddarth dan Brunner, 1998  ).
e.    Hepatitis E
  Hepatitis E  adalah virus hepatitis yang disebabkan oleh infeksi virus hepatitis E (HEV). HEV memiliki rute transmisi fecal-oral. Infeksi dengan virus ini pertama kali didokumentasikan pada tahun 1955 selama wabah di New Delhi, India  ( www.wekipedia.com ).
  Masa inkubasi  dan gejala hepatitis E
 Masa inkubasi virus hepatitis E bervariasi diperkirakan berkisar  dari 15 – 65 hari ( suddarth dan Brunner, 1998 ). Gejala hepatitis E mirip hepatitis A, demam pegel linu, lelah, hilang nafsu makan dan sakit perut. Penyakit yang akan sembuh sendiri ( self-limited ) ( www. infeksi.com ).
  Epidemiologi
  Insiden hepatitis E tertinggi terdapat pada remaja dan orang dewasa berusia antara 15 – 40 tahun. Meskipun anak-anak sering terkena infeksi ini juga, namun mereka jarang menunjukkan gejala. Tingkat kematian umumnya rendah, Hepatitis E biasanya akan hilang dengan sendirinya dan pasien sembuh. Namun selama durasi infeksi biasanya beberapa minggu, penyakit ini sangat mengganggu aktivitas keseharian. Hepatitis E kadang-kadang berkembang menjadi sebuah penyakit hati akut yang parah, dan fatal pada sekitar 2% dari semua kasus. Secara klinis, penyakit ini sebanding dengan hepatitis A, tetapi pada wanita hamil penyakit ini lebih sering parah dan berhubungan dengan sindrom klinis yang disebut kegagalan hati fulminan. Wanita hamil, terutama pada trimester ketiga, mengalami tingkat kematian tinggi dari penyakit ini sekitar 20%  ( www.wekipedia.com ).
  Meskipun ada satu serotipe virus ini, empat genotipe yang berbeda telah dilaporkan. Genotipe 1 dan 2 hanya terbatas pada manusia dan sering dikaitkan dengan wabah besar dan epidemi di negara-negara berkembang dengan kondisi sanitasi yang buruk. Genotipe 3 dan 4 menginfeksi manusia, babi dan spesies hewan lainnya. dan telah bertanggung jawab untuk kasus-kasus sporadis hepatitis E di negara-negara berkembang dan industri  ( www.wekipedia.com ).
  Pencegahan hepatitis E
  Perbaikan sanitasi adalah ukuran paling penting, yang terdiri dari perawatan kebersihan pada pembuangan limbah manusia; juga penting standar yang lebih tinggi untuk persediaan air masyarakat, baik prosedur kebersihan pribadi maupun persiapan makanan sanitasi  ( www. infeksi.com ).
f.     Hepatitis F
  Hepatitis F secara teknis satu virus hampa, jangkitan virus ini di Negara- Negara timur jauh telah diketahui adanya  virus baru, yang berbeda dengan  radang hati B atau C,  yang sering muncul, melainkan  virus ini adalah dikenal sebagai radang hati F virus  ( HFV ) ( www.innvista.com ).
Virus
       Bulatkan 27 - 37 Virus nm Seperti Partikel (VLP) dilihat. Mereka mengandung dobel mendampar DNA.
Etiologi Hepatitis F
Hepatitis F disebabkan oleh HFV atau hepatitis F virus , masa inkubasi      rata – rata 20 hari dan  antibody HFV 66 % dideteksi oleh ELISA
G.  Hepatitis G
       Hepatitis G merupakan hepatitis yang disebabkan oleh hepatitis G virus         ( HGV ) yang mirip dengan hepatitis C kontak dengan darah yang terinfeksi         ( www.innvista.com ).
Gejala Hepatitis G
        Kebanyakan orang tidak memeliki gejala akut, sebanyak 20% dari penderita hepatitis C juga menderita hepatitis ini  ( www.innvista.com ).
Pengobatan Hepatitis G
      Tidak ada perawatan spesifik untuk penyakit hepatitis akut ini penderita harus banyak istirahat, menghindari alcohol dan makan makanan yang bergizi                 ( www.innvista.com ).
Pencegahan Hepatitis G
      Hepatitis G ditularkan melalui kontak darah yang terinfeksi dengan demikian pencegahannya adalah dengan cara menghindari kontak langsung dengan darah yang terinfeksi. Jangan menggunakan jarum suntik secara bergantian  atau peralatan lain secara bersamaan ( www.innvista.com ).
7.    Patofisiologi
       Virus hepatitis yang menyerang hati menyebabkan peradangan dan infiltrate pada hypatocytes  oleh sel mononukleus. Proses ini dapat menyebabkan degenerasi dan nekrosis sel parenchyrn hati  ( Haryanto,S.kep.Ns, 2006 ).
       Respon peradangan menyababkan pembengkakan dan memblokir system drainase hati, sehingga terjadi destruksi pada sel hati. Keadaan ini menjadi statis empedu ( biliary ), dan empedu tidak dapat diekskresikan kedalam kantong empedu dan bahkan kedalam usus. Sehingga meningkat dalam darah sebagai hyperbillirubinemia, dalam urine sebagai urobilinogen dan kulit hepatocelluler jaundice  ( Haryanto,S.kep.Ns, 2006 ).
       Hepatitis terjadi dari yang asyrntomatik sampai dengan timbulnya sakit dengan gejala ringan. Sel hati mengalami renegerasi secara komplit dalam 2 – 3 bulan, lebih gawat bila dengan nekrosis sel hati dan bahkan kematian. Hepatitis dengan sub akut dengan kronis dapat permanen dengan terjadinya gangguan pada fungsi hati. Individu yang dengan kronik akan sebagai karier  penyakit dan resiko berkembang menjadi penyakit kronik hati atau kangker hati.
Ada 7 utama hepatitis dengan nama alphabet. Pertama hepatitis A                   ( Infectious hepatitis ) , hepatitis B ( viral hepatitis ), hepatitis C, hepatitis D (delta)  , hepatitis E, hepatitis F dan kemudian Hepatitis G.




8.    Proses kerusakan hat
       Hati yang normal halus dan kenyal bila disentuh. Ketika hati terinfeksi suatu penyakit (misalnya Hepatitis C), hati menjadi bengkak. Sel hati mulai mengeluarkan enzim alanin aminotransferase ke darah. Dengan keadaan ini dokter dapat memberitahu anda apakah hati sudah rusak atau belum. Bila konsentrasi enzim tersebut lebih tinggi dari normal, itu adalah tanda hati mulai rusak. Sewaktu penyakit hati berkembang, perubahan dan kerusakan hati meningkat  ( www.medicastor.com ).
Fibrosis
        Setelah membengkak, hati mencoba memperbaiki dengan membentuk bekas luka atau parut kecil. Parut ini disebut "fibrosis", yang membuat hati lebih sulit melakukan fungsinya. Sewaktu kerusakan berjalan, semakin banyak parut terbentuk dan mulai menyatu, dalam tahap selanjutnya disebut "sirosis" (www.medicastor.com).
Serosis
        Kerusakan yang berulang, area besar hati yang rusak dapat menjadi permanen dan menjadi koreng. Darah tidak dapat mengalir dengan baik pada jaringan hati yang rusak. Hati mulai menciut dan menjadi keras. Penyakit Hepatitis C kronis biasanya dapat menyebabkan sirosis sama seperti kelebihan mengkonsumsi minuman beralkohol  ( www.medicastor.com ). 
Fungsi hati rusak
         Sewaktu sirosis bertambah parah, hati tidak dapat menyaring kotoran, racun, dan obat yang ada dalam darah. Hati tidak lagi dapat memproduksi “clotting factor” untuk menghentikan pendarahan. Cairan tubuh terbentuk pada abdomen dan kaki, pendarahan pada usus sering terjadi, dan biasanya fungsi mental menjadi lambat. Pada titik ini, transplantasi hati adalah pilihan satu-satunya.                         ( www.medicastor.com ).
Kanker hati
        Kadang kala kerusakan sel hati diikuti dengan perubahan gen sel yang mana dapat menjadi kanker. Pasien Hepatitis C kronis memiliki resiko lebih tinggi untuk menderita "hepatocellular carcinoma", suatu tipe tumor hati.                                     
9.    Manisfestasi klinik
a.       Stadium praikterik berlangsung selama 4 – 7 hari. Pasien mengeluh sakit kepala, lemah, anoreksia, mual, muntah, demam, nyeri pada otot, dan nyeri diperut kanan atas. Urine menjadi lebih coklat  ( Arif Mansjoer dkk, 2001 ).
b.      Stadium ikterik yang berlangsung selama 3 – 6 minggu. Ikterik mula – mula terlihat pada sclera, kemudian pada kulit seluruh tubuh. Keluhan – keluhan berkurang tetapi pasien masih lemah, anoreksia, dan muntah. Tinja mungkin berwarna kelabu atau kuning muda. Hati membesar dan nyeri tekan                     ( Arif Mansjoer dkk, 2001 ).
c.       Stadium pascaikterik ( rekonvalensi ) ikterus mereda, warna urine dan tinja menjadi normal kembali  ( Arif Mansjoer dkk, 2001 ).
       Gambaran klinis hepatitis virus bervariasi, mulai dari yang tidak merasakan apa – apa atau hanya mempunyai keluhan sedikit saja sampai keadaan yang berat, bahkan koma dan kematian dalam beberapa hari saja ( Arif Mansjoer dkk, 2001 ).
        Pada golongan hepatitis inapparent, tidak ditemukan gejala. Hanya diketahui bila dilakukan pemeriksaan. Pada hepatitis  anikterik, keluhan sangat ringan dan samar – samar, umumnya anoreksia dan gangguan pencernaan. Pada pemeriksaan LAB ditemukan hiperbilirubinemia ringan dan bilirubinuria. Urine secara makroskopis berwarna kuning tua atau warna teh dan apabila dicocokan akan memperlihatkan busa berwarna kuning kehijauan  ( Arif Mansjoer dkk, 2001 ).
        Bentuk hepatitis akut yang ikterik paling sering ditemukan didalam klinis. Biasanya jinak  dan akan sembuh dalam waktu kira-kira  8 minggu                          ( Arif Mansjoer dkk, 2001 ).
        Hampir semua hepatitis fulminan mempunyai proknosis jelek, kematian biasanya terjadi dalam  7 – 8 hari sejak mulai sakit. Pada waktu singkat terjadi gangguan neorologi, dan muntah – muntah yang persisten. Terdapat demam dan ikterus  yang menghebat dalam waktu singkat  ( Arif Mansjoer dkk, 2001 ).
        Pada hepatitis persisten, tidak terdapat kemajuan dari periode akut dan seluruh perjalanan penyakit . penurunan bilirubin dan transaminase terjadi perlahan – lahan. Pasien masih mengeluh lemah dan cepat lelah, meskipun napsu makan telah membaik. Pekerjaan fisik akan memperburuk hasil pemeriksaan fungsi hati. Golongan ini akan sembuh sempurna dalam waktu antara 1 -2 tahun    ( Arif Mansjoer dkk, 2001 ).
        Ada pula bentuk hepatitis yang sub akut atau submassive hepatic necrosis  yang perjalanan penyakitnya progresif. Pemeriksaan biokimiawi lebih menunjukan tanda – tanda  obtruksi dengan peninggian fosfatase  alkali dan kolesterol dalam serum. Sesudah masa ikterus yang lama, biasanya pasien akan sembuh dalam waktu 12 bulan  ( Arif Mansjoer dkk, 2001 ).
B.       Gambaran hepatitis berdasarkan variabel yang diteliti
        Hepatitis virus merupakan masalah kesehatan dunia, diperkirakan 2 milyar penduduk terinfeksi hepatitis ( www.infeksi.com ).  Insiden  hepatitis yang terus meningkat semakin menjadi masalah kesehatan masyarakat, penyakit tersebut penting karena mudah ditularkan, memiliki morbiditas yang tinggi                           ( Suddarth dan Burner, 1998 ).
Gambaran hepatitis berdasarkan :
1.         Klasifikasi hepatitis
       Dari sekian jenis hepatitis virus tersering adalah hepatitis  A, B, C, dan D (HAV,HBV,HCV dan HDV) berdasarkan factor penularannya hepatitis A lebih siring karena penularannya melalui fecal oral dan lebih mudah tertular pada semua golongan umur, selain itu sifatnya akut dan bisa sembuh dengan sendirinya,  prevalensinya 10 % di bandingkan hepatitis lainnya yang factor penularannya melalui hubungan sex atau permukosaan yaitu hepatitis B ,C dan D , prevalensi hepatitis B adalah  9, 7 %  hepatitis B ini juga sering muncul ada yang bersifat akut juga kronis begitu juga dengan hepatitis C  yang prevalensinya adalah 9, 3 % sedangkan hepatitis D prevalensinya      8,6 % sering terjadi bersamaan dengan hepatitis B karena hepatitis D membutuhkan Hepatitis B untuk replikasinya untuk itu kejadian hepatitis D bergantung pada hepatitis B  ( www. wordpress.com ).
2.         Jenis kelamin
      Perbedaan sangat mendasar ditunjukkan tubuh pria dan wanita terhadap resiko terkena hepatitis bahkan sampai kanker hati, dan penyebabnya terletak pada unsur genetik berdasarkan gender. Ini adalah kajian genome pertama yang menjelaskan kaitan antara gender dan kanker non-organ reproduksi, kata Arlin Rogers, pakar patologi, pria berpotensi terkena hepatitis  dua kali lebih besar daripada wanita. Factor yang memicu terjadinya hepatitis yang mendasar adalah hepatitis karena penyakit lain, hepatitis karena autoimun, karena obat – obatan, dan reaksi zat – zat kimia                                  ( www. wordpress.com ). 
       Hati laki-laki dan perempuan punya perbedaan yang cukup kentara. Perbedaan ini sangat jelas terlihat semasa periode pubertas, yakni ketika organ hati pria lebih terekspos pertumbuhan hormon. Hal ini kemudian menyebabkan organ hati pria dan perempuan menunjukkan reaksi yang berbeda terhadap antibiotik dan obat-obatan serupa ( www. wordpress.com ).                   Menurut hasil kajian para ahli, gen berdasarkan jenis kelamin ternyata menunjukkan reaksi yang berbeda terhadap radang infeksi. Gen laki-laki saat berhadapan dengan hepatitis kronis bereaksi sebagian kelebihan beban, sebagian lainnya kekurangan beban, sehingga organ hati tidak bisa mempertahankan fungsi metabolisme yang normal, sementara  perempuan dewasa relatif lebih rendah potensi terkena hepatitis, karena gen di organ hati tidak merasa perlu berganti menjadi gen maskulin untuk menghadapi  hepatitis maupun kanker hati ( www. wordpress.com ).
3.         Usia / Umur
         Penyakit hepatitis paling sering terjadi pada usia produktif yaitu 12-45 tahun dengan prevalesi  15 - 20 % hal ini disebabkan oleh perilaku seseorang yang berhubungan dengan factor – factor penularan hepatitis dan pada usia produktif ini paling rentang terhadap penularan penyakit hati atau hepatitis                                ( www.medicastor.com ).
Kelompok usia 45-49 tahun sebesar 11.9% sedangkan pada kelompok usia    55-59 tahun yaitu sebesar 2,12 %.,  angka kejadian hepatitis pada bayi baru lahir diperkirakan  prevalensi hepatitis  pada anak di bawah 4 tahun adalah   6.2 % ( www. infeksi.com ).

BAB III
 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
A.      Kerangka Konsep
Bagan Kerangka Konsep





 





  
B.       Definisi Operasional
       Definisi operasional adalah mendefinisikan variable secara operasional berdasarkan karakteristik yang dialami, sehingga memungkinkan peniliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena. Definisi operasional ditentukan berdasarkan parameter yang dijadikan ukuran dalam penelitian. Sedangkan cara pengukuran merupakan cara dimana variabel dapat di ukur dan di tentukan karakteristiknya ( A. Aziz. H, 2007 ).

Tabel 3.1 Definisi Operasional
No
Variabel
Definisi
Skala Ukur
     1.  



      2.         

       3.

       4
    Buku Register  pendonor            


    Jenis Kelamin

     Umur                       

     Klasifikasi Hepatitis
    Buku yang mencatat para    pendonor yang melakukan donor darah di ruang  unit transfusi darah
     Hal yang membedakan                     antara pria dan wanita.
     Usia  seseorang dari lahir     

    Jenis – jenis Hepatitis Virus.
     Nominal



     Nominal

      Nominal

      Nominal




BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A.      Desain Penelitian
Desain penelitian yang di pakai adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif bertujuan untuk menerangkan atau menggambarkan masalah penelitian yang terjadi berdasarkan  karakteristik tempat, waktu, umur, jenis kelamin, sosial, ekonomi, pekerjaan, status perkawinan, cara hidup ( pola hidup ), dan    lain -  lain ( A. Aziz Alimul Hidayat, 2007 ). Dalam penelitian ini bertujuan  untuk mendapatkan gambaran tentang hasil skrining Hepatitis yang terjadi pada pendonor darah di Ruang  Unit Transfusi Darah  Rumah Sakit Umum Daerah Manokwari.
B.       Populasi dan Sampel
1.         Populasi
       Populasi merupakan seluruh subjek atau objek dengan karakteristik tertentu yang akan diteliti. Bukan hanya objek atau subjek yangdi pelajari saja tetapi seluruh karakteristik atau sifat yang di miliki subjek atau objek tersebut ( A. Aziz Alimul Hidayat, 2007 ). Populasi dalam penelitian ini adalah semua dokumen register yang mencatat pendonor yang melakukan transfusi darah di Ruang Unit Transfusi Darah Rumah Sakit Umum Daerah Manokwari.
2.         Sampel
       Sampel merupakan bagian populasi yang diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang di miliki oleh populasi Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dipakai teknik sampling jenuh yaitu dengan pengambilan semua anggota populasi menjadi sampel ( Aziz. A. H, 2007 ).       Jadi sampel yang diambil adalah semua pendonor yang positif terinfeksi Hepatitis yang terdaftar di buku register terhitung 1 tahun terakir bulan Juni 2009 sampai  Juni 2010  di Ruang Unit Transfusi Darah Rumah Sakit Umum Daerah Manokwari.
C.      Waktu dan Tempat Penelitian
1.         Waktu penelitian
       Penelitian ini akan dilakukan selama 1 minggu dari tanggal 2 – 7 Agustus 2010.
2.         Tempat penelitian
       Tempat penelitian ini dilaksanakan di Ruang Unit Transfusi Darah Rumah Sakit Umum Manokwari.
D.      Etika Penelitian Pengumpulan Data
1.         Sumber Data
       Data adalah unsur penting dalam penelitian  atau segala sesuatu yang dicatat ( recorded ), segala sesuatu itu bisa dokumen, batu-batuan, air, pohon, manusia, segala sesuatu ini adalah fakta ( fact ), dan fakta ini selalu ada ( exist ), tidak peduli kita sadar atau tidak terhadap ekstensinya                 ( Prasetya Irawan, 2000 ).
       Dilihat dari sumbernya, kita mengenal data primer  dan data sekunder, data primer adalah data yang diambil langsung, tanpa perantara dari sumbernya. Sumber ini dapat berupa benda – benda , situs atau manusia.  Sedangkan data sekunder adalah data yang diambil secara tidak langsung dari sumbernya, data sekunder biasanya diambil dari dokumen – dokumen     ( laporan, karya tulis, orang lain, koran , majalah ) ( Prasetya Irawan, 2000 ).
       Dalam penelitian ini peneliti memperoleh data dari buku register Ruang Unit Transfusi Darah Rumah Sakit Umum Manokwari dan data tersebut merupakan data sekunder.
2.         Teknik Pengumpulan  Data
       Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, kerena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data ( Sugiyono, 2008 ).
       Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara. Bila di lihat dari setting-nya, data dapat dikumpulkan pada setting alamiah ( natural setting ), pada laboratorium dengan metode eksperimen, dirumah dengan berbagai responden, pada suatu seminar, diskusi, dijalan dan lain- lain. Bila dilihat dari sumber datanya, maka pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer, dan sumber sekunder . Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data, dan sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data. Misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen ( Sugiyono, 2008 ).
       Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang peneliti lakukan adalah menggunakan teknik yang dilihat dari sumber datanya yaitu sumber sekunder dengan cara observasi pada buku register di Ruang Unit Trasfusi Darah Rumah Sakit Umum Daerah Manokwari.
3.         Instrument ( alat pengumpulan data )
       Instrument yang dipakai dalam penelitian ini adalah  lembar observasi yang berisi kolom tentang :  klasifikasi hepatitis, jenis kelamin, umur/ usia.
E.       Pengolahan Data
1.         Editing
       Hasil wawancara, angket, atau pengamatan dari lapangan harus dilakukan penyuntingan ( editing ) terlebih dahulu. Secara umum editing adalah merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian formulir atau kuesioner ( Natoatmojo, 2010 ). dalam penelitian ini peniliti tidak menggunakan wawancara ataupun kuesioner, didalam penelitian ini peneliti menggunakan lembaran observasi, jadi editing data dalam penelitian ini merupakan kegiatan untuk pengecekan isian lembar observasi apakah sudah lengkap, jelas, dan benar sehingga dapat diproses lebih lanjut.
2.         Coding
       Coding data merupakan kegiatan mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan. Coding atau pemberian kode ini sangat berguna dalam memasukan data / data entri ( Natoatmodjo, 2010 ).
3.         Processing / Data Entri
      Entri data yaitu memindahkan isi dari lembaran observasi yang sudah dalam bentuk “ kode “ ( huruf atau angka ) dimasukan kedalam program computer atau software computer  ( http://greenhati.blogspot.com ).
4.         Cleaning
       Apabila segala data dari sumber data selesai dimasukan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan – kemungkinan adanya kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau kereksi. Proses ini disebut pembersian data (data cleaning).  
F.       Analisa Data
       Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode univariat yang di tampilkan berupa tabel distribusi frekuensi yang menggunakan  rumus dengan membagi frekuensi ( f ) dengan jumlah seluruh observasi ( N ) dan dikalikan 100 %  ( Eko Budiarto, 2001 ).

  Dengan Rumus :                 
                                       n = ( f / N ) X 100 %

  Dengan  keterangan :
                                     n : Presentase
                                     f : Frekuensi
                                     N: Jumlah Seluruh Observasi 

 BAB V
HASIL PENELITIAN
         Hasil penelitian yang dilakukan di Ruang Unit Transfusi Darah Rumah Sakit Umum Daerah Manokwari tanggal 4 sampai 5 Agustus 2010  akan dibahas dalam   bab V. Penelitian ini terdiri dari gambaran hasil skrining hepatitis berdasarkan  klasifikasi hepatitis, jenis kelamin, dan umur atau usia.
        Jumlah hasil skrining  yang positif terinfeksi hepatitis terhitung 1 tahun terahkir bulan Juni 2009 sampai Juni 2010 sebanyak 151 kasus  dan diambil sebagai sampel dalam penelitian ini. Dari data ini peneliti menguraikan hasil skrining hepatitis  berdasarkan variabel yang diteliti yaitu sebagai berikut  :
A.      Klasifikasi hepatitis
Tabel 5.1
Distribusi  Frekuensi Hasil Skrining Hepatitis
Berdasarkan Klasifikasi Hepatitis
Di Ruang Unit Transfusi DarahRumah Sakit Umum Daerah Manokwari
Agustus 2010

No
Klasifikasi Hepatitis

Frekuensi
Presentasi
1

2.

3.
    Hepatitis B ( HVB )

    Hepatitis C ( HVC )

    Hepatitis B dan C ( HVB dan HVC )

65 Kasus

73 Kasus

13 Kasus
43 %

48,4 %

8,6 %

Jumlah

151 Kasus
100 %
          Sumber : Buku Register Ruang Unit Transfusi Darah RSUD Manokwari
           Dari tabel 5.1 didapatkan data hasil krining berdasarkan  klasifikasi hepatitis sebagai berikut : hepatitis  B ( HVB ) 65 kasus  ( 43 % ),  hepatitis C ( HVC )           73 kasus ( 48,4 % ) dan komplikasi  hepatitis B  dan C ( HVB dan HVC ) 13 kasus           ( 8,6 % ). Dari ketiga klasifikasi tersebut didapatkan yang paling banyak adalah hepatitis C ( HCV ) dengan presentase 48,4 %.
B.       Jenis kelamin
Tabel 5.2
Distribusi  Frekuensi Hasil Skrining Hepatitis
Berdasarkan Jenis Kelamin
Di Ruang Unit Transfusi DarahRumah Sakit Umum Daerah Manokwari
Agustus 2010

No
Jenis Kelamin

Frekuensi
Presentasi
1

2.

    Laki – laki

    Perempuan
125 Kasus

26 Kasus
82,8 %

17,2 %

Jumlah

151 Kasus
100 %
     Sumber : Buku Register Ruang Unit Transfusi Darah RSUD Manokwari
          Dari tabel 5.2 didapatkan data hasil skrining hepatitis berdasarkan jenis kelamin adalah sebagai berikut :  jenis kelamin laki – laki 125 kasus (  82,8 % ) dan jenis kelamin perempuan 26 kasus  ( 17,2 % ). Dari hasil tersebut didapatkan yang paling banyak adalah  jenis kelamin laki – laki dengan presentase  82,8 % .
C.       Umur

Tabel 5.3
Distribusi  Frekuensi Hasil Skrining Hepatitis
Berdasarkan Umur
Di Ruang Unit Transfusi DarahRumah Sakit Umum Daerah Manokwari
Agustus 2010

No
Umur

Frekuensi
Presentasi
 1

2.

3.

4.

5.
     15 – 25 Tahun

     26 – 35 Tahun

     36 – 45 Tahun

     46 – 55 Tahun

     56 – 65 Tahun

55 Kasus

73 Kasus

13 Kasus

8 Kasus

2 kasus
36,4 %

48,3 %

8,6 %

5,3 %

1,4 %

Jumlah

151 kasus
100 %
     Sumber : Buku Register Ruang Unit Transfusi Darah RSUD Manokwari
          Dari tabel 5.3 didapatkan data hasil skrining berdasarkan umur adalah sebagai berikut : umur 15 – 25 tahun 55 kasus ( 36,4 % ),  26 – 35 tahun 73 kasus   ( 48,3 % ), 36 – 45 tahun 13 kasus ( 8,6 % ), 46 – 55 tahun 8 kasus ( 5,3 % ), 56 – 65 tahun             2 kasus ( 1,4 % ). Dari hasil tersebut didapatkan yang paling banyak adalah umur         26 – 35 tahun dengan presentase 48,3 %.

Tabel 5.4
Distribusi  Frekuensi Hasil Skrining Hepatitis
Berdasarkan  Golongan Usia
Di Ruang Unit Transfusi Darah Rumah Sakit Umum Daerah Manokwari
Agustus 2010

No
 Golongan Usia

Frekuensi
Presentasi
1

2.

3.


4.

    Usia Balita ( 0 -5 tahun )

    Usia Anak ( 6 – 11 tahun )

    Usia Produktif ( 12 – 45 tahun )

    Usia Lansia ( 46 tahun ke atas )

-

-

141 Kasus


10 Kasus
-

-

93,3 %

6,7 %

Jumlah

151 kasus
100 %
     Sumber : Buku Register Ruang Unit Transfusi Darah RSUD Manokwari
            Dari tabel 5.4 didapatkan data hasil skrining berdasarkan umur adalah sebagai berikut : usia balita didapatkan data nihil dikarenakan oleh pada usia balita                  ( 0 – 5 tahun ) tidak  memenuhi syarat untuk melakukan  transfusi darah dan tidak terlampir dalam sumber data yang diambil peneliti, usia anak  didapatkan data nihil dikarenakan oleh pada usia anak ( 6 – 11 tahun ) tidak  memenuhi syarat untuk melakukan  transfusi darah dan tidak terlampir dalam sumber data yang diambil peneliti, usia produktif ( 12 – 45 tahun ) didapatkan data sebanyak 141 kasus                ( 93,3 % ), usia lansia ( 46 tahun keatas  ) 10 kasus ( 6,7 % ). Dari hasil tersebut didapatkan yang paling banyak adalah golongan usia produktif ( 12 – 45 ) tahun dengan presentase 93,3 %.
          
                                                             BAB VI
PEMBAHASAN

A.      Klasifikasi Hepatitis  
         Klasifikasi hepatitis dari sekian jenis hepatitis virus tersering adalah hepatitis  A, B, C, dan D ( HAV, HBV, HCV dan HDV ) berdasarkan factor penularannya hepatitis A lebih siring karena penularannya melalui fecal oral dan lebih mudah tertular pada semua golongan umur, selain itu sifatnya akut dan bisa sembuh dengan sendirinya,  prevalensinya 10 % di bandingkan hepatitis lainnya yang factor penularannya melalui hubungan sex atau permukosaan yaitu hepatitis B ,C dan D, prevalensi hepatitis B adalah  9, 7 % hepatitis B ini juga sering muncul ada yang bersifat akut juga kronis begitu juga dengan hepatitis C  yang prevalensinya adalah 9, 3 %  sedangkan hepatitis D  prevalensinya  8,6 %  sering terjadi  bersamaan dengan hepatitis B karena hepatitis D membutuhkan Hepatitis B untuk replikasinya untuk itu kejadian hepatitis D bergantung pada hepatitis B   ( www. wordpress.com ).
          Hasil penelitian didapatkan jenis hepatitis C ( HVC ) 48,4 % lebih banyak dibandingkan dengan hepatitis B ( HVB ) juga  gabungan Hepatitis B  ( HVB ) dan C ( HVC ), hal ini tidak sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa hepatitis A ( HVA ) lebih sering karena penularannya melalui fecal oral dan lebih mudah tertular pada semua golongan umur. Hal ini dapat disebabkan karena di  Ruang Unit Transfusi Darah Rumah Sakit Umum  Manokwari  tidak   melakukan
 hasil skrining terhadap hepatitis A dikarenakan oleh hal itu merupakan aturan tetap PMI ( palang merah Indonesia ) yang menyatakan bahwa hanya jenis hepatitis B dan C yang dapat dilakukan skrining terhadap  calon pendonor sedangkan jenis hepatitis A tidak dilakukan skrining, sehingga dalam penelitian ini tidak didapatkan klasifikasi hepatitis jenis hepatitis A.
B.       Jenis Kelamin
          Pakar patologi  Arlin Rogers menyatakan bahwa, pria berpotensi terkena hepatitis  dua kali lebih besar dari pada wanita. Factor yang memicu terjadinya hepatitis yang mendasar adalah hepatitis karena penyakit lain, hepatitis karena autoimun, karena obat–obatan, dan reaksi zat–zat kimia. Hati laki-laki dan perempuan punya perbedaan yang cukup kentara. Perbedaan ini sangat jelas terlihat semasa periode pubertas, yakni ketika organ hati pria lebih terekspos pertumbuhan hormon. Hal ini kemudian menyebabkan organ hati pria dan perempuan menunjukkan reaksi yang berbeda terhadap antibiotik dan obat-obatan serupa ( www. wordpress.com ). Dari hasil penelitian didapatkan jenis kelamin laki – laki 82,8 % lebih banyak dibandingkan dengan jenis kelamin perempuan, hal ini sesuai dengan teori diatas yang dikatakan oleh pakar patologi  Arlin Rogers bahwa pria berpotensi terkena hepatitis  dua kali lebih besar dari pada wanita.
          Menurut hasil kajian para ahli, gen berdasarkan jenis kelamin ternyata menunjukkan reaksi yang berbeda terhadap radang infeksi. Gen laki-laki saat berhadapan dengan hepatitis kronis bereaksi sebagian kelebihan beban, sebagian lainnya kekurangan beban, sehingga organ hati tidak bisa mempertahankan fungsi metabolisme yang normal, sementara  perempuan dewasa relatif lebih rendah potensi terkena hepatitis, karena gen di organ hati tidak merasa perlu berganti menjadi gen maskulin untuk menghadapi  hepatitis maupun kanker hati   ( www. wordpress.com ).
C.       Umur
                 Hasil penelitian  berdasarkan umur dan golongan usia didapatkan  umur    26 – 35 tahun dengan presentase  48,4 %  yang  masih merupakan golongan usia produktif sedangkan  golongan usia produktif itu sendiri adalah   93,3 %.  Hal ini sesuai dengan teori yang diambil dari www.medicastore.com  menyatakan bahwa  penyakit hepatitis paling sering terjadi pada usia produktif  yang berkisar antara 12 – 45 tahun dengan prevalesi 15 - 20 %. Hal ini disebabkan oleh perilaku seseorang yang berhubungan dengan factor  – factor penularan hepatitis dan pada usia produktif ini paling rentang terhadap penularan penyakit hati atau hepatitis. Perilaku tersebut antara lain : melakukan hubungan sex bebas , penggunaan jarum suntik atau pemakai obat – obatan IV secara bergantian,  sering mengkonsumsi alkohol. Teori yang di ambil dari www.infeksi.com menjelaskan bahwa kelompok usia 45-49 tahun sebesar 11.9% sedangkan pada kelompok usia 55-59 tahun yaitu sebesar 2,12 %.,  angka kejadian hepatitis pada bayi baru lahir diperkirakan  prevalensi  hepatitis  pada  anak  di  bawah  4  tahun  adalah  6.2 %.                              
    Berdasarkan Protap ( Prosedur Tetap ) atau syarat – syarat pendonor Ruang Unit Transfusi Darah Rumah Sakit Umum Daerah Manokwari pada calon pendonor adalah :
a.    Pengisian status harus lengkap
b.    Umur 18 – 60 tahun
c.    Berat badan paling sedikit 45 kg
d.   Pemeriksaan kadar hemoglobin ( Hb ). Nilai normal 12 gr %
e.    Pemeriksaan golongan darah
f.     Tekanan darah  : Systole 100 – 180 mmHg
                             Diastole  60 – 100 mmHg
g.    Bagi wanita  :  Tidak dalam masa menstruasi
                         Tidak dalam masa menyusui

 
                                                        BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
A.      Kesimpulan
  Berdasarkan hasil penelitian yang  telah dilakukan selama 2 hari  di Ruang Unit Transfusi Darah Rumah Sakit Umum Daerah Manokwari didapatkan Jumlah kasus hepatitis selama 1 tahun terakhir terhitung bulan Juni 2009  sampai dengan Juni 2010 adalah 151 kasus. Dari hal tersebut dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1.         Kasus hepatitis tersering berdasarkan klasifikasi hepatitis  adalah Hepatitis C sebanyak  73 kasus  dengan presentase 48,4 %.
2.         Berdasarkan  jenis kelamin, kasus hepatitis sering terjadi pada jenis kelamin laki – laki sebanyak 125 kasus  dengan presentase 82,8 %.
3.         Berdasarkan umur dan golongan usia , kasus hepatitis sering terjadi pada golongan umur 26 – 35 tahun sebanyak 73 kasus dengan presentase  48,3 %, dan pada usia produktif ( 12 – 45 tahun ) sebanyak 141 kasus dengan presentase 93,3 %.
B.     Saran
         Berdasarkan   kesimpulan  diatas  maka peneliti    memberikan  beberapa
saran berupa masukan kepada  :
1.      Perawat
a.       Beri pemahaman terhadap pendonor tentang penyakit hepatitis, cara penularan, gejala awal penderita hepatitis serta  dampak  dari  penyakit

hepatitis, guna mengurangi jumlah  kasus hepatitis.
b.      Arahkan pendonor untuk mendapat pengobatan awal bila terbukti terinfeksi hepatitis.
c.       Beri informasi yang jelas  tentang hasil skrining terhadap pendonor yang terbukti positif  terinfeksi hepatitis.
2.      Pendonor
a.       Menjalankan atau melakukan  terapi bila terbukti terinfeksi hepatitis.  
b.      Dianjurkan kontrol  rutin untuk mengetahui status kesehatan.
3.      Rumah sakit
a.       Diperketat  pemeriksaan atau skrining yang dilakukan di  Ruang  Unit Transfusi Darah Rumah Sakit Umum Manokwari, bukan hanya terbatas pada jenis hepatitis tertentu saja tetapi pada  semua jenis hepatitis.
b.      Penyuluhan kesehatan kepada masyarakat tentang penyakit hepatitis.


 DAFTAR PUSTAKA
Aziz Alimul Hidayat. A. 2007. Riset Keperawatan  Dan Teknik Penulisan Ilmiah.         Edisi kedua. Jakarta : Salemba Medika
Budiarto Eko. 2001. Biostatiska Untuk Kedokteran Dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : EGC
Burner dan Suddarth. 1998. Keperawatan Medical Bedah Volume IV. jakarta  : EGC
Hepatitis F dan G. Diakses tanggal 28 Maret 2010. http ://www.innvista.com
Hepatitis A,B dan C. Diakses tanggal 28 Maret 2010. http: www.wekipedia.com
http://greenhati.blogspot.com. Hepatitis A. Diakses tanggal 18 Maret 2010
Irawan Prasetya. 2000. Logika Dan Prosedur Penelitian. Jakarta : CV Infomedika
J B Suharjo, B Cahyono : Diangnosis dan Manajemen  hepatitis B kronis. Diakses tanggal 24 Maret 2010. http:// www. cermin dunia kedokteran.com
Kelompok Diskusi Medikal Medah UI : Penatalaksanaan Serosis Hepatis Berdasarkan Evidance Based Nursing ( EBN ). Diakses tanggal 24 maret 2010. http://www.stikescharitas.com
Mansjoer Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III Jilid 2. Jakarta : Medika Aesculapius. Fakultas kedokteran Universitas Indonesia
Mansjoer Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III Jilid 1. Jakarta : Medika Aesculapius. Fakultas kedokteran Universitas Indonesia
Medicastore Media Informasi Obat Penyakit : Penyakit Hepatitis C. Diakses tanggal 16 Maret 2010. http://www.medicastore.com
Natoatmodjo, Seokidjo. 2010. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Pringgoutomo Sudarto, dkk. 2002. Buku Ajar Patologi Umum. Edisi ke I. Jakarta : Sagung Seto
Proses Kerusakan Hati. Diakses tanggal 28 Maret 2010. http://www.medicastore.com
Rogers Arlin. Pria  2 kali Lebih Rentang Terkena Hepatitis  dibandingkan Wanita. Diakses tanggal 27 Agustus 2010. http://wordpress.com
Situs Resmi RSPI Jakarta ( Rumah Sakit Penyakit Infeksi ). 2007. Penyakit Hepatitis. Diakses tanggal 24 Maret 2010. http://www.infeksi.com
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta
Waspadji, Sarwono. 2001. Buku Ajar Penyakit Dalam Jilid I Edisi ketiga. Jakarta : Balai Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Wilson. M. Lorraine dan Silvia. A. Prince. 1995. Patofisiologi  Konsep Klinis Proses Proses Penyakit. Edisi 4 . Jakarta  : EGC
World Health Organization :  Hepatitis A, B,C,D,F. Diakses tanggal 18 Merat 2010. http://www.who.int/wer
Yuliani. Rita dan Suriadi. 2006. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Edisi 2. Jakarta : PT. Percetakan Penebar Swadaya.



 




,






        




1 komentar:

  1. terimakasih buat artikelnya.. informasi yang sangat bermanfaat..

    http://tokoonlineobat.com/obat-penyakit-kanker-hati-alami/

    BalasHapus